Kamis, 17 April 2014

Keserakahan Manusia Terhadap Gumuk di Daerah Jember


Kabupaten Jember memiliki luas 3.293,34 Km2. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC - 32oC. Tingginya populasi yang terdapat di daerah jember yang tidak diimbangi dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang konsisten dan pengendalian kerusakan lingkungan menjadi ancaman tersendiri bagi penduduk. Khususnya mengenai keberadaan gumuk-gumuk di daerah jember yang mulai terkikis menjadi dataran pemukiman penduduk.

Gumuk sendiri merupakan istilah khusus yang diberikan pada suatu bukit. Dengan ketinggian berkisar antara 1 sampai 60 meter. Unsur utama Gumuk adalah batuan. Karena gumuk berasal dari lontaran gunung berapi. Bagian atas gumuk menjadi tanah yang subur. Ini karena ribuan tahun formasi gumuk berubah dan terjadi proses pelapukan. Macam – macam batuan di dalam gumuk ialah batu padas, batu pondasi, batu koral, batu piring dan batu pedang. Itu yang mengundang adanya eksploitasi Gumuk untuk ekonomi.

Kepedulian terhadap gumuk kian lama semakin pudar. Kesadaran masyarakat, kebijakan pemerintah, sampai pada status gumuk sebagai milik privat yang akhirnya juga mengarah pada permasalahan ekonomi pemilik gumuk. Sehingga sampai sekarang penambangan gumuk terus berlangsung dan tidak ada yang mampu mencegahnya.

Gumuk dengan sekian kelebihan dan keuntungan pada pola pertaniannya kini semakin memudar karena terjadi banyaknya penggusuran. Formasi gumuk gumuk di Jember dianggap sebagai bekas aliran lava dan lahar dari kawah gunung Raung. Aliran ini lalu tertutup oleh bahan vuklanik yang lebih muda. Sampai ketebalan puluhan meter yang berasal dari gunung Raung sekarang. Kemudian terjadi erosi pada bagian bagian yang lunak. Yang terdiri atas sediment vulkanik lepas selama kurang lebih 2000 tahun. Lalu menghasilkan bentukan topografi gumuk.

Fungsi gumuk sendiri ialah melindungi jember dari adanya angin kencang yang turun dari pegunungan yang berada di sekitar kabupaten jember sehingga tidak menghantam langsung ke pemukiman warga, sehingga terjadi penetralan kecepatan angina. Jika tidak ada gumuk maka kekencangan angin yang turun dari gunung akan langsung menghantam pemukiman warga. Gumuk juga berfungsi sebagai resapan air dan filter air. Fungsi ini sangat jelas menjadi faktor utama dalam kesehatan dan kebutuhan primer manusia di sekitarnya. Tanpa adanya gumuk, pemukiman di sekitarnya akan sulit mendapatkan air, terutama air bersih.

Gumuk-gumuk di Jember memang menjadi milik perseorangan. Namun ketika terjadi perusakan atau ekspolitasi maka seluruh masyarakat Jember akan menanggung dampaknya. Hal tersebut terjadi karena gumuk merupakan tulang punggung masyarakat Jember. Maka dari itu upaya untuk memikirkan masa depan gumuk sama halnya dengan memikirkan masa depan masyarakat Jember.

Kini gerakan-gerakan kepedulian terhadap gumuk sudah mulai bermunculan dari berbagai komunitas. Upaya ini diharapkan mampu mendorong solidaritas lebih besar bersama seluruh elemen masyarakat Jember untuk lebih sadar dan peduli terhadap gumuk. Namun keselarasan kesadaran antara Pemerintah dan masyarakat juga berpengaruh penting dalam menjaga keberadaan gumuk. Kesadaran pada masyarakat sekitar juga harus ditumbuhkan dengan cara kerja sama antara penduduk dengan pemerintah.

Ayo kita selamatkan bumi bersama Universitas JemberPendidikan Biologi, dan HMPSB ‘Lumba-Lumba”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes